Sore hari turun hujan lebat, tembakan lawan agak berkurang. Ketika Kompi A mencapai Lahomea, lawan menghujani “tembakan konsentrasi mortir…” sehingga gerakan majunya terhenti. Terhentinya gerakan maju Kompi A pada posisi Lahomea sesungguhnya merupakan “rahmat tersembunyi”. Jika saja lawan menunggu gerakan Kompi A mencapai Galo Sapolo dulu yang posisinya berada di lembah dan tidak memiliki ruang manuver yang cukup, tentu akan menyebabkan jatuhnya banyak korban.
Malam sangat gelap karena tidak ada yang menyalakan api. Semua siaga karena sore tadi lawan sempat mendekat ke posisi Kompi C yang berada di sebelah kanan posisi Kompi A. Dikhawatirkan lawan masih berada di sekitar kedudukan tersebut dan pada malam harinya akan melaksanakan serangan kembali.
Malam itu seluruh anggota satuan merasa lebih tenang ketika di atas posisi mereka terdengar lintasan tembakan “morbe” (mortir berat) Brigif yang berkedudukan di Maliana, yang ditujukan ke arah beberapa posisi kedudukan lawan.
Uraian ini merupakan penggalan dari kisah yang ada di dalam buku ini
Jejak Pengabdian Bhakti Enam Sembilan ‘72
Rp550.000
+ Free ShippingUkuran | 18,2 x 25,7cm |
---|---|
Halaman | 360 halaman (231 BW – 129 FC) |
Terbit | 2024 |
ISBN | 978-623-1021-11-3 |
Only logged in customers who have purchased this product may leave a review.
Reviews
There are no reviews yet.